Sudahkah Anda mendengar Situs Bengawan Solo Purba? Situs alam
ini merupakan situs kebanggaan khusus warga kecamatan Girisubo, Kabupaten
Gunung Kidul dan warga Jogja pada umumnya.
Situs Bengawan solo memiliki daya magnet tersendiri bagi
para pelancong-pelancong khusunya mancanegara. Di samping nuansa alamiah yang
luar biasa dan menawan, wisatawan juga dapat mengetahui sejarah mengenai
seluk-beluk sungai Bengawan Solo. Ditambah
lagi cekungan-cekungan diantara tingginya bukit-bukit yang menjulang menambah
kepuasan suasana tersendiri. Kita dapat mengimajinasi bagaimana dahulu kala terbentuknya
fenomena langka seperti ini, layaknya proses kejadian alam (evolusi).
Sungai dengan aliran lembut Bengawan Solo itu diperkirakan terbentuk sekitar 40 juta tahun yang
lalu oleh kelompok peneliti. Sebelum adanya bengawan solo purba, dulu terdapat
sebuah aliran sungai yang mengalir ke selatan, diduga berasal dari sebuah hulu
yang sama dengan sungai yang sekarang ada. Di sinilah kemudian dikenal dengan “muara” Bengawan Solo Purba. Bekas aliran
air yang mengalir diantara bukit-bukit itu mengering akibat tidak adanya lagi
air yang mengairinya. Kemudian wilayah tersebut menjadi banyak bukit-bukit
kapur yang menurut beberapa penelitian mulanya merupakan sebuah tumpukan karang
yang berada di bawah permukaan laut.
Kini, bekas aliran sungai yang populer lewat lagu keroncong
berjudul Bengawan Solo ciptaan Gesang itu menjadi objek wisata menarik. Tak
ketinggalan Pantai Sadeng yang menjadi muaranya, selain menjadi objek wisata
juga menjadi salah satu pelabuhan perikanan besar di Yogyakarta. Keduanya
menjadi jejak geologi yang berharga.
Dalam perjalanan menuju Pantai Sadeng, beberapa ratus meter jalur
aliran Bengawan Solo Purba bisa dinikmati pemandangannya. Jalur aliran itu bisa
dilihat setelah sampai di dekat plang biru bertuliskan "Girisubo - Ibukota
Kecamatan". Berhenti sejenak di pinggir jalan menuju pantai atau berjalan
perlahan adalah cara paling tepat untuk menikmati pemandangan bekas aliran ini,
sekaligus memberi kesempatan mengabadikannya dengan kamera.
Tampak dua buah perbukitan kapur yang tinggi memanjang
mengapit sebuah dataran rendah yang semula adalah jalur aliran. Dataran rendah
yang kini menjadi lahan berladang palawija penduduk setempat itu berkelok
indah, memanjang sejauh 7 kilometer ke arah utara, hingga wilayah Pracimantoro
di Kabupaten Wonogiri. Kelokannya membuat mata tergoda untuk menyusurinya ke
utara hingga ke tempat pembalikan aliran sungainya.
Referensi :
Kotajogja.com
Jogjayes.com
Selain artikel di atas, baca juga Sejarah Singkat Prabu Siliwangi dan artikel sejenisnya.