Sumpah Pemuda, tentunya semua orang khususnya rakyat
Indonesia tahu mengenai Sumpah Pemuda. Namun sebagian besar dari yang tahu
mengenai Sumpah pemuda tak lebih dari sekedar tahu kalimatnya saja, tetapi
makna serta isi sumpahnya dewasa ini banyak yaang tidak tahu, mungkin salah
satunya anda sendiri.
Ketika kita mau nelihat sejarah Sumpah Pemoeda, maka kita
harus menelisik Sejarah Kongres Pemoeda. Kongres Pemoeda pertama kali diadakan
pada 2 Mei 1926 M, dan Kongres Pemoeda 2 diadakan pada 28 Oktober 1928 M.
Menelisik latarbelakang adanya Kongres Pemoeda 2 kita mesti
melihat hasil keputusan kongres ke-2 Jong Islamieten Bond pada23-27 Desember
1927 yang memutuskan untuk memperjuangkan Cita-cita persatuan dan Kebangsaan,
selain itu beberapa hari sebelumnya juga sudah didirikan pada 17 Desember 1927
yaitu Perhimpoenan Pemoefakatan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) yang bertujuan
sama dengan Hasil Kongres JIB ke-2.
Keputusan itu ternyata mendapatkan reaksi keras dari
Keputusan Kongres Boedi Oetomo di surakarta pada 6-9 April 1928 yang menolak
pelaksanaan Cita-cit persatuan Indonesia, yang kemudian diikuti oleh Jong Java
yang setia menginduk kepada Boedi Oetomo mengembangkan bahasa Jawa, Kesenian
Jawa, dan Agama Djawa (Kebatinan) dalam lingkup Djawa Radja.
Untuk menjawab hasil kongres Boedi Oetomo ini, 7 bulan
setelahnya PPPI (Perhimpoenan Pejadjar-Peladjar Indonesia) dan Jong Indonesia
segera menyelenggarakan Kongres Pemoeda II pada 28 Oktober 1928 atau Ahad Wage,
13 Jumadil Awwal 1347 H di Kramat Raya 106 Jakarta. Kongres Pemuda II
kala itu dipimpin oleh Soegondo Djojopoespito dari PPPI, dan Sumpah Pemuda
dirumuskan oleh Moehammad Yamin yang waktu itu mewakili Jong Soematraen Bond.
Kongres Pemuda II melahirkan 3 keputusan yaitu:
1. Sumpah Pemuda
Satu : “Kami poetra
dan poetri Indonesia Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia”
Dua : “Kami poetra dan
poetri Indonesia Mengakoe Berbangsa Satoe, Bangsa Indonesia”
Tiga : “Kami poetra
dan poetri Indonesia Mendjoenjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia”
2. Lagu Indonesia
Raya Menjadi Lagu Kebangsaan Indonesia
3. Sang Saka Merah
Putih sebagai Bendera Nasional Indonesia
Sumpah Pemuda bagi rakyat Indonesia merupakan sebuah moment
yang sangat bersejarah, karena dari sinilah yang mempengaruhi ruh, jiwa rakyat
Indonesia untuk memperjuangkan dirinya agar terbebas dari penjajah Belanda yang
sudah 350 menguasai Indonesia demi menjadi sebuah Bangsa yang merdeka. Sumpah
Pemuda menjadi titik dimana kebangkitan nasional menemui ruh kebersamaan atau
persatuan nasional.
Bahasa Indonesia
Dalam salah satu butir isi Sumpah Pemuda yaitu Bahasa
Indonesia menjadi Bahasa Persatuan Bangsa Indonesia, bukan Bahasa Jawa atau
bahasa lainya. Karena pada dasarnya bisa saja saat itu bahasa Jawa menjadi bahasa
yang disepakati, karena mayoritas pemuda elit kala itu dari Jawa.
Dalam catatan Kongres kala S.M. Kartosoewirjo yang kala itu
masih berusia 23 Tahun dari Partai Sjarikat Islam Indonesia mengungkapkan
pendapatnya ke forum bahwa bahasa asing berfungsi sebagai bahasa pergaulan
internasional, dan menekankan bahwa bahasa Indonesia harus menjadi bahasa
penghubung persatuan pemuda, selanjutnya, pergerakan nasional harus diserahkan
kepada perkumpulan yang beradasarkan nasionalisme.
Penekanan yang dituturkan S.M. Karto Soewirjo cukup
beralasan, dimana 6 bulan sebelumnya kongres Boedi Oetomo menolak pelaksanaan
cita-cita persatuan Indonesia. Hal ini menyadarkanya bahasa apa yang dapat
digunakan untuk menyampaikan aspirasi Nasional dan Organisasi apa yang harus diamanati
untuk memimpin pergerakan Nasional.
Asal tahu saja dahulu rakyat Indonesia dilarang oleh Belanda
untuk berbicara dengan bahasa Belanda, hanya orang-orang pribumi tertentu yang
diperbolehkan untuk menggunakan Bahasa Belanda. Sehingga rakyat Indonesia
terbiasa menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa komunikasinya tentunya selain
bahasa daerahnya masing-masing. Sehingga dipasar-pasar kala itu sangat populer
bahasa Melayu yang mana akhirnya Bahasa Melayu menjadi bahasa Pasar atau Bahasa
Melayu Pasar. Hal ini bisa terjadi karena para saudagar dari pasar kepasar
menggunakan bahasa melayu sebagai alat komunikasinya. Alhasil wajar jika bahasa
Melayu menyebar ke seantero Nusantara.
Bahasa Melayu dahulu selain biasa digunakan di Pasar juga
digunakan di Pesantren-pesantren sebagai Bahasa ilmunya, dan juga digunakan
oleh Kerajaan atau kesultanan sebagai bahasa Diplomatiknya. Yang kemudian
Media-Media Islam seperti Syarikat Dagang Islam, Moehamadiyah, Hajatul
Qulub/Persyarikatan Ulama, Djamiah Nahdatul Wathon/Nahdatul Ulama, Persatuan
Islam/Persis, Jong Islamiten Bond, Tarbiyah Islamiyah/Perti. menggunakan Bahasa
Melayu sebagai Bahasa Jurnalistiknya. Berbeda dengan Oganisasi kalangan priyayi
Jawa yang menggunakan Bahasa Jawa seperti Boedi Oetomo, Jong Java dll.
Awalnya Bahasa Indonesia dikenal dengan nama Bahasa Melayu,
kemudian dikenal dengan nama bahasa Melayu Pasar karena memang sangat populer
dipasar-pasar, setelah itu sekarang dikenal dengan Bahasa Indonesia. Pada
umumnya dulu bahasa melayu ditulis dalam huruf arab melayu dan huruf arab jawa.
Jadi, rakyat Indonesia harus bangga dan menghargai bahasanya
yaitu Bahasa Indonesia, karena bahasa inilah yang mampu menyatukan perjuangan
dahulu dalam melawan penjajah. Peran Pedagang/Saudagar sangat penting dalam
penyebaran bahasa melayu ini ke seluruh nusantara dan juga Ulama yang mana
dahulu mereka juga menjadi pedagang/Saudagar. Dari Pasar, Pesantren,
Kesultanan, Media akhirnya sekarang menjadi Bahasa Resmi Bangsa Indonesia.
Catatan: Wajar saja kalau bahasa Belanda tidak populer di
Indonesia dibandingkan bahasa Penjajah lainya diwilayah bekas jajahanya seperti
Inggris, dan Portugis serta Spanyol (Bahasa Inggris Populer d Malaysia,
Portugis populer di Timor-timur dan Spanyol populer di Filipina), hal ini
dikarenakan Belanda sejak awal melarang orang Indonesia menggunakan Bahasa
Belanda sebagai bahasa keseharianya, Belanda hanya memperbolehkan orang pribumi
menggunakan bahasa indonesia pada kalangan priyayi/bangsawan.
Kata “Indonesia”
Selain Bahasa, yang menjadi point penting sumpah pemuda
adalah Bangsa Indonesia, yah kata Indonesia menjadi nama bangsa kita. Mungkin
diantara kita bertanya-tanya asal mula kata Indonesia, siapa yang mengenalkanya
pada kita. karena tidak ada suku Indonesia sebelumnya, kerajaan Indonesia juga
tidak ada.
Dalam menelusuri sejara kata Indonesia kita bisa telusuri
dari nama-nama Organisasi kala itu, dari keputusan-keputusan kongresnya. dari
situ kita bisa melihat latar belakang kata Indonesia digunakan sebagan penamaan
bangsa kita.
Mungkin saat ini orang ketika ditanya awal mula penggunaan
kata Indonesia akan tertuju ke organisasi PNI(Perserikatan Nasional Indonesia)
karena disana ada pemimpinya yaitu Ir. Soekarno. tetapi sebenarnya sebelum
berdirinya PNI tahun 1927, sudah ada organisasi yang menggunakan kata indonesia
sebagai nama organisasinya yaitu Indonesische Eenheids Comitee pada bulan
Agustus 1926 di Bandung dan Comite Persatoean Indonesia pada bulan September
1926 di Surabaya.
Jadi bisa dikatakan yang mempelopori penggunaan nama
Indonesia adalah Indonesische Eenheids Comite dan Comite Persatuan Indonesia
yaitu pada tahun 1926, sedangkan PNI didirikan setahun setelahnya pada tahun
1927 Baru pada tahun 1928 Kata Indonesia diikrarkan menjadi nama Bangsa kita
yaitu Bangsa Indonesia, dan pada 17 Agustus 1945 Indonesia diresmikan menjadi
nama Bangsa sekaligus Negara Indonesia.Itu dari segi Organisasi, lalu siapa
orangnya yang mengenalkan Indonesi? Dr. Soekiman Wirjosandjojo. Ketika Dr.
Soekiman Wirjosandjojo menjadi ketua Indische Vereniging di Belanda pada 11
Januari 1925, Dr. Soekiman Wirjosandjojo mengubah nama Indische
Vereniging menjadi Perhimpoenan Indonesia. Setelah itu mulailah kata Indonesia
dikenal dan kemudian Organisasi-organisasi muncul dengan kata Indonesia sebagai
nama Organisasinya, diantaranya; Indonesische Eenheids Comitee (`1926), Comite
Persatoean Indonesia (1926), Perhimpoenan Peldjar-Peladjar Indonesia (1926),
Jong Indonesia (1927), Perserikatan Nasional Indonesia (1927), Perhimpoenan
Pemoefakatan Politik Indonesia (PPPKI) tahun 1927 , Madjlis Oelama Indonesia
(September 1928), Partai Sjarikat Islam Indonesia (1928), Perikatan Prerempoean
Indonesia (Des 1928) dll.
Namun Sejarah Indonesia, nama Dr. Soekirman Wirjosandjojo
tidak dituliskan sebagai pelopor penggunaan kata Indonesia di Belanda dan
Indonesia, demikian pula setelah menjadi Perdana Menteri NKRI tidak dituliskan
bahwa yang mengesahkan Lambang Garuda Pancasila pada 1951 M adalah Dr.
Soekirman Wirjosandjojo.
Dalam Artikel saya selanjutnya akan bahas mengenai latar belakang
berdirinya organisasi-organisasi yang menggunakan kata Indonesia khususnya
sebelum tahun 1928 dan Organisasi-organisasi yang berpengaruh terhadap lahirnya
Kongres Pemoeda II untuk melengkapi artikel ini.
Kembali lagi ke hari Sumpah Pemuda, kalaulah Soempah Boekit
Sigeontang (683 M) melahirkan kerajaan Sriwjaya (Abad 5-13), Soempah
Palapa/Patih Gajah Mada di kaki Pegenoengan Pananggoengan pada 1331 M
melahirkan Madjapahit, maka Soempah Pemoeda melahirkan Negara Republik
Indonesia (1945) begitulah yang dituturkan Moehammad Yamin.
Sriwijaya berdiri dengan agama Budhanya dan Majapahit lahir
dengan agama Hindu, sedangkan Indonesia Lahir karena Perjuangan umat Islam dan
pada akhirnya sejengkal demi sejengkal setelah Negara Republik Indonesia Lahir
Umat Islam disisihkan serta disingkirkan dari percaturan politik negara dengan
antiklimaksnya pada peristiwa Pembubaran Masyumi pada tahun 1960 oleh presiden
kala itu Ir. Soekarno dan setelah itu sejarah menyaksikan Umat Islam menjadi
bulan-bulanan rezim yang berkuasa, bahkan sampai masa reformasipun, Umat Islam
masih menjadi bulan-bulanan dengan stigma yang terus dipaksakan yaitu Terorisme
sehingga Negara/Polisi khususnya Densus 88 bisa leluasa menangkap serta
membunuh ditempat, siapa saja yang dianggap teroris tanpa memperbolehknya untuk
membela diri didepan pengadilan, Ironi…Sejarah sekarang mencatat Umat Islam tak
dapat memetik jerih payah pengorbananya demi sebuah kata yaitu NKRI, lebih
jelasnya mengenai sejarah ini, baca sejara awal kemerdekaan indonesia 1945-1955
sampai akhirnya lahir sebuah keputusan yang kontroversial yaitu Dekrit Presiden
Tahun 1955 dan Kepres pembubaran Masyumi tahun 1960.
Lalu setelah mengetahu sejarah ini, masihkah mereka tega
mengatakan Umat Islam mementingkan dirinya yang mayoritas dibandingkan umat
yang lain yang minoritas? masihkah mereka tega berkata bahwa Mentang-mentang
Mayoritas umat Islam bisa Menindas yang Mayoritas? Seharusnya umat lain yang
menjust seperti itu mau menengok negara dimana umatnya berkuasa di belahan
dunia lain, bagaimana mereka memperlakukan Umat Islam yang lemah dan Minorotas
disana? Kalau anda orang baik maka anda akan memahami letak ketidak adilanya.
dan menghargai serta mengerti betapa baik hatinya Umat Islam diindonesia rela
berkorban demi Damai dan bersatunya Indonesia.
Mengertilaaaaaaah……..!!!Dan
Indonesia saat ini bagaikan Pohon Besar yang hampir tercerabut dari
Akarnya. Nilai, Semangat serta Cita-cita dahulu ketika diperjuangkan tak lagi
sama dengan Nilai, semangat serta cita-cita Indonesia saat ini. Sehingga
Indonesia bak Pohon yang tertiup badai sedangkan akarnya hampir saja lepas dari
tanah. Janganlah musuhi Umat Islam di Indonesia karena Umat Islam Indonesialah
yang menjaga Akar tetap terhujam ketanah agar Indonesia tetap bersatu, utuh
tidak becerai berai kemudian tumbang. Dan Yakinlah ketika suatu saat nanti
Indonesia membutuhkan darah-darah pengorbanan demi keutuhanya, dunia akan
menyaksikan bahwa darah itu adalah darah Umat Islam, maju terdepan seperti yang
dilakukan para pendahulunya. Sedangkan Umat yang lain entah kemana, entah itu
bersembunyi atau menunggu.
Mari kita menjadi Pemuda yang tahu sejarah sehingga kita
tidak mudah ditipu serta diadu domba dan agar kita tidak salah orang untuk
mengucapkan kata terima kasih kepada para pejuang sebelumnya. Bangkitlah Pemuda
Jayalah Indonesia dan Membumilah Islam dengan luhurnya ajaranya.
Source : http://akh-san.blogspot.com/2011/10/sejarah-sumpah-pemuda-dan-realitas-saat.html